Peran 'Orang Gila' dalam Kesuksesan Sido Muncul
Sumber: Google

Entrepreneurship / 1 October 2014

Kalangan Sendiri

Peran 'Orang Gila' dalam Kesuksesan Sido Muncul

Theresia Karo Karo Official Writer
7670
Kuku Bima, Tolak Angin, Kunyit Asem, Jamu Komplit, Jamu Instan, STMJ, Anak Sehat adalah sebagian dari berbagai produk keluaran Sido Muncul yang dapat dijumpai di hampir setiap toko hingga supermarket. Jamu tradisonal ini telah membuktikan bahwa produk lokal mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Perusahaan keluarga ini berdiri sejak November 1951 oleh Ny. Rakhmat Sulistyo.

Kesuksesan saat ini tentu tidak tercipta dalam waktu singkat. Pada awal kemunculan Sido Muncul, perusahaan jamu ini sama seperti beribu industri lain yang bergerak di segmen jamu tradisional. Pada tahun 1972, Irwan Hidayat beserta keempat saudaranya menjadi pewaris perusahaan keluarga dalam keadaan yang tidak begitu menguntungkan diakibatkan hutang yang setara 30 bulan omzet perusahaan dan hampir tidak memiliki aset yang berarti.

Meskipun begitu, Irwan Hidayat mencoba bertahan dan percaya akan adanya titik terang yang akan mencerahkan harapan dan kepercayaannya terhadap industri jamu. Pertumbuhan yang sangat lambat hingga tahun 1993 harus dihadapinya, akibat banyaknya pelaku yang bergerak di industri yang sama.

Uniknya adalah saat lelaki kelahiran Jogjakarta ini bertemu dengan orang gila yang berkata bahwa produk jamunya sangat pahit dan tidak enak. Inilah yang kemudian membuatnya berpikir keras untuk menciptakan jamu yang disukai dan berbeda dengan produk lainnya. Pada dasarnya jamu berbeda dengan produk kesehatan lainnya.

Jika pabrik farmasi punya dokter, obat-obatan dari Cina punya sinshe sebagai pengobat, namun tidak demikian dengan jamu. Tidak ada pengobat yang dapat menjadi pamer bagi industri jamu untuk “memasarkan” produknya. Ketiadaan pengobat ini yang harus diatasi oleh industri jamu, yaitu dengan membangun kepercayaan publik bahwa jamu juga punya kredibilitas dalam hal kebersihan, uji toksisitas dan syarat-syarat lain yang harus dipenuhi oleh obat.

Pada tahun 1997, banyak industri yang harus menghadapi badai krisis yang melanda Indonesia. Namun, PT Sido Muncul nekad dan membangunkan pembangunan pabrik dengan menyertakan sertifikasi industri farmasi, dan laboratorium terstandarisasi sebagai laboratorium farmasi di areal seluas 32 hektar.

“Modalnya nekat. Ketidaktahuan justru menyelamatkan saya. Saat itu saya tidak punya utang dolar AS. Tetapi, karena tidak tahu, dari Rp 15 miliar yang dianggarkan, biaya pembangunan pabrik membengkak sampai Rp 30 miliar,” kata Irwan. Kini ‘buah manis’ dituai karena Departemen Kesehatan memberikan sertifikat CPOB (Cara Pembuatan obat yang Baik) kepada PT Sido Muncul pada tahun 2000. Inilah yang mengangkat jamu menjadi setara dengan obat alternatif yang terbukti dan dapat diuji secara klinis.

Lisensi CPOB membuka peluang untuk invasi Sido Muncul secara nasional. Kini, PT Sido Muncul memiliki 150 item produk jamu yang bermerek atau generik. Hal ini semakin membuka pasar yang semakin luas hingga global. Saat ini, Sido Muncul mulai mengembangkan ‘sayap’ hingga Hongkong dan Tiongkok. Reputasi yang terukir lewat pasar asing akan mempengaruhi tingkat kepercayaan pasar dalam Negeri. Jika selama ini jamu identik dengan kalangan masyarakat menengah ke bawah, kini Irwan Hidayat berhasil membangun citra bahwa jamu juga menjadi milik kelompok masyarakat menengah ke atas.

Kesuksesannya juga dipengaruhi oleh petuah dari orangtuanya. Dimana dalam menjalankan bisnis, Irwan Hidayat harus mampu menjaga pekerja dengan tidak menyakiti hati mereka dan jujur selama berbisnis. Pesan ini dianggapnya jauh lebih berharga dari sekedar ilmu berbisnis dan pemasaran belaka. Kesuksesan Sido Muncul juga dipengaruhi oleh kreatifitas, inovasi, dan teliti dalam perhitungan, sama seperti yang ayahnya lakukan sebelumnya.
Sumber : Ciputraentrepreneurship/SWA.com by tk
Halaman :
1

Ikuti Kami